Kamis, 22 Juli 2010

Merah merona di penjuru negara

Lantas, darimana sebenarnya muncul ide nama aneh dan enak didengar itu untuk menamai aglaonema-aglaonema hibrida eksklusif dan kesohor? Sebagai penghasil aglaonema hibrida eksklusif paling aktif, Greg menamai silangannya berdasarkan kesan mendalam di berbagai tempat di dunia. Semua nama memiliki riwayat sendiri.Semua silangan aglaonema Greg Hambali memakai induk A. rotundum sebagai induk andalan. Sebab, varian A. rotundum sangat
banyak. Ketika disilangkan dengan A. commutatum hybrid pun, hasilnya sangat variatif. Sampai sekarang penyilang handal itu sudah melakukan lebih dari 10.000 kali persilangan. Berikut aglaonema lain hasil silangan Greg Hambali yang tetap dikejar para penggemarnya. Urutan disusun berdasarkan tahun diluncurkannya silangan itu, berturut-turut: pride of sumatera, donna carmen, adelia, tiara, ria, JT2000, petita, srikandi, kresna, shinta, jatayu, juwita, diana, jack hanny, lucia, madame teresa, moonlight.



a. Donna Carmen

Ia dirilis pada 1985. Donna Carmen hasil perkawinan Aglaonema rotundum x A. commutatum “Tricolor”. Hasilnya, precusor, disilangkan lagi dengan A. brevispathum. Warna dasar kuning atau hijau. Nama donna carmen diambil dari nama seorang pemilik kedai di perbatasan Brazil dan Bolivia. Keramahan Donna sangat mengesankan, sehingga nama itulah yang disematkan pada hasil silangannya.


b. Adelia
Tangan dingin pemulia itu juga membidani kelahiran adelia pada 2000. Siapa adelia? Nama itu diambil dari kolektor tanaman hias di Manila, Filipina. Nama lengkapnya Angelis Adelia. Dialah yang memandu perburuan Aglaonema commutatum yang akan dimanfaatkan sebagai induk. Lokasi perburuan di Pulau Panae, Filipina.Adelia hasil persilangan A. rotundum x A. commutatum. Semburat merah di urat daun warisan A. rotundum muncul merata berpadu dengan hijau. Induk A. commutatum memberikan warna pink di tangkai. Corak adelia sangat bagus dan berbeda dengan pride of sumatera.

Pride of Sumatera yang fenomenal


Merah itu mempesona. Merah itu simbol keberanian, keberuntungan, dan kemakmuran. Itulah keyakinan sementara orang terhadap warna merah pada aglaonema. Warna merah fenomenal itu muncul pertama kali pada 1983. Itulah aglaonema berdaun merah pertama di Indonesia, juga di dunia.

Di antara jenis aglaonema lain yang berdaun hijau pada umumnya, kehadirannya tampak mencolok dan menarik perhatian. Wajar jika kehadirannya langsung mencuri hati penggemar tanaman hias.

1. Pride of Sumatera yang fenomenal

Lahirnya pride of sumatera menandakan babak baru dalam dunia aglaonema hibrida. Istilah aglaonema hibrida untuk membedakan dengan aglaonema spesies yang jumlahnya mencapai 30 jenis. Pride of sumatera sebetulnya bukan aglaonema hibrida pertama yang dilahirkan dari persilangan. Pada periode 1980-an, yang banyak dihasilkan adalah yang tipe
daun hijau. Misalnya ada ciput, sanola, aloet, dan golden fantasi. Dari Thailand ada sitiporn. Sosok pride yang khas, merah kehijauan dengan punggung merah tua menyebabkan popularitas pride of sumatera langsung meroket. Ia melebihi donna carmen yang juga dihasilkan oleh Greg Hambali.Kehadirannya pada 1985 sangat menggemparkan, sehingga jejaknya kemudian diikuti penyilang Thailand. Maka lahirlah butterfly, lady valentine, dud
unyamanee, dan red bangkok. Semua berdaun merah mengekor pride of sumatera. Seperti terselip di balik namanya, aglaonema berdaun merah menyala itu menjadi kebanggaan, bukan cuma Sumatera, tetapi juga bagi Indonesia.

Pewaris warna merah adalah induk jantan Aglaonema rotundum. Greg Hambali memperolehnya
dari Aryono, eksportir tanaman hias di Jakarta. Rotundum yang asli Sumatera bagian utara seperti Bukitlawang dan Aceh berdaun hijau tua. Warna merah darah hanya di permukaan bawah daun. Spesies yang sama sebetulnya ada di tangan penangkar Thailand sejak
1980. Nurseri Aditya milik Aryono—rutin mengirimkan Aglaonema rotundum ke Bangkok.
Tak lama berselang Greg juga mendapat 2 Aglaonema commutatum setinggi 20 cm dari Fajar Martha. Fajar pada 1983 dikenal sebagi penyilang lili. Ia membeli beberapa biji A commutatum dari Dowseeds di Singapura. Produsen benih itu mengumpulkan biji sri rejeki dari Mindanao dan Luzon—keduanya di Filipina selatan. Aglaonema commutatum sebetulnya juga terdapat di Palu, Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

Sayang, tangkai Aglaonema commutatum domestik terlampau panjang dan corak daun samar-samar menghilang. Merah muda yang semula menghiasi tangkai memudar. Kemolekan Aglaonema commutatum milik kita terkikis. Sudah begitu anakannya berkurang. Ini bukan fitnah! Jeleknya performa itu akibat pergaulan bebas dengan Aglaonema simplex yang berdaun hijau polos dan enggan beranak. Lalat menjadi mak comblang perkawinan mereka. Padahal bunga aglaonema harum karena mengandung amil asetat.

Nasib Aglaonema commutatum di Filipina lebih baik karena populasi A simplex tak begitu dominan. Mereka masih mampu menjaga diri untuk tidak terlampau intim sehingga pergaulan bebas pun terhindari. Setelah kedua indukan Aglaonema rotundum dan A. commutatum—di tangan, ahli Botani itu menjodohkan mereka. “Kalau disilang mestinya hasilnya bagus,” kata pria kelahiran Sukabumi 19 Februari 1949 sebelum melakukan persilangan. Greg terdorong untuk menyilangkan lantaran tanaman hias itu disenangi orang karena “tahan
banting”.

Ia tahan di ruangan berpendingin, cahaya redup, dan kelembapan rendah. Ketimbang dieffenbachia, misalnya, yang sama-sama anggota famili Araceae, aglaonema jauh lebih unggul. Getah dieffenbachia gatal dan anakannya tak sebanyak aglaonema.
Populasi anakan jelas menentukan harga jual. Selain itu dieffenbachia bukan asli Indonesia,
tetapi imigran asal Amerika selatan. Padahal untuk persilangan, dibutuhkan indukan dalam jumlah banyak. Karena dieffenbachia dari negeri seberang maka relatif sulit untuk memperolehnya. dalam jumlah masal.

Pada penghujung 1982 mulailah Gregori menyilangkan Aglaonema rotundum dan Aglaonema commutatum. Masing-masing sebagai induk jantan dan betina. Inilah pengalaman pertamanya dalam menyilang aglaonema. Greg sebelumnya lebih intens menjadi penghulu caladium dan alocasia yang masih sekerabat dengan aglaonema. Mereka bertiga sama-sama anggota famili talas-talasan alias Araceae. Hasil silangan antara Aglaonema rotundum dan Aglaonema commutatum, diberi nama precusor. Sosoknya menarik, sayang masih warna hijau. Karena itulah Greg kemudian menyialang balik dengan 2 induk berbeda. Pertama, kembali dijodohkan dengan sang ayah, Aglaonema rotundum dan menghasilkan tanaman berdaun merah menyala. Dialah pride of sumatera yang langsung mencuat dan menjadi ikon aglaonema lain sampai sekarang.

Lalu, Greg juga mendaulat Aglaonema brevispathum untuk menjadi induk jantan. Persilangan ini menghasilkan donna carmen yang tak kalah sohor. Jadi, boleh dibilang antara pride of sumatera dan dona carmen masih sepupuan. Dona carmen lalu dititipkan pada nurseri Robby & Kerst di Bogor pada 1988.


Minggu, 11 Juli 2010

N. raffesiana


Posisi bagian depan peristome pada kantong bawah letaknya agak tinggi. Nyata sekali lebarnya di bagian atas, di bawah penutup kantong.

Ciri khas
Kantong bawah mempunyai peristome yang lebar dengan gigi pendek dan jelas.Peristome itu pada bagian depannya agar menanjak dan melebar di bagian atas.

Budidaya
Raffesiana sangat cocok untuk pemula lantaran perawatannya mudah. Ia hanya membutuhkan siang yang panas, malam yang hangat dengan suhu 25 —40 oC, dan kelembapan sekitar 70%. Tempat yang terbaik baginya adalah ruang terbuka dengan naungan 50%.

Deskripsi kantong
Warna kantong bawah cokelat atau hijau. Ada pula kantong putih dengan bintik-bintik merah dan cokelat. Kantong atas umumnya putih atau kuning dengan bercak merah. Ia lebih elastis dan berbentuk mirip corong panjang. Raffesiana nepenthes berkantong terbesar di Kalimantan, tapi ada juga yang hanya berukuran 5 cm. Tinggi kantong kurang dari 20 cm. Kantong bawah tinggi 8,5 cm—25, lebar 5,5—9 cm dengan 2 sayap selebar 1—3 cm. Kantong atas berbentuk subsilindris, panjang 9—34 cm, lebar 3—8 cm.

Info
Ia memiliki beberapa varietas. Yang terkenal antara lain squat red. Squat berarti
gemuk pendek. Red menunjukan warna merah gelap hingga merah darah. Varietas lain, N. elongata berwarna putih berbintik merah.

Bentuk kantong lonjong. Sekujur batang ditumbuhi rambut putih halus mengesankan perempuan tua beruban. Tinggi kantong mencapai 30 cm membuatnya dikatakan raksasa. Kesamaan lain, kantong mereka berwarna ungu.

Walaupun jarang ditemukan di daratan Sumatera, namun raffesiana bisa dijumpai di pulau-pulau sepanjang Kepulauan Riau dan Singapura. Di Kalimantan sudah ditemukan 4 variasi raffesiana, 2 di antaranya belum dideskripsikan. Salah satu yang terkenal adalah N. raffesiana var elongata atau sering disebut N.sp.”elegance”. Persilangan alami di alam, N. raffesiana x N. ampullaria, N. raffesiana x N. bicalcarata, N. raffesiana x N. gracilis, dan N. raffesiana x N. mirabilis.

N. mirabilis


Ciri khas
Tulang daun longitudinal jelas sekali. Di spesies lain tulang itu tidak terlihat jelas. Tepi daun kadang-kadang bergerigi.

Budidaya
Daya adaptasinya luar biasa tinggi, bisa tumbuh mulai dari 0—1500 m dpl dan dapat dijumpai di banyak negara. Ia mudah dirawat di dataran rendah. Redam sorot sinar matahari dengan jaring peneduh 50% dan jaga kelembapan agar tetap tinggi. Ia rentan jika kelembapan rendah. Media tanam harus lembap.

Deskripsi kantong
Bagian bawah kantong roset membesar, kemudian menyempit setelah mencapi setngah tinggi kantong. Peristome agak datar, bulat, dan menyempit ke arah pangkal penutup. Kantong atas penampilannya sama dengan kantong roset. Warna kantong hijau, kadang disertai warna kemerahan.

Info
Spesies yang paling luas penyebarannya di seluruh dunia. Ia bisa tumbuh di ketinggian 200 m dpl, ditemukan pula pada ketinggian 1000 m dpl, bahkan sampai 1500 m dpl walaupun populasinya di puncak gunung itu sedikit. Pada abad 19 namanya N. Phyllamphora. Habitatnya di hutan kerangas, hutan gambut, dan padang rumput. Ada beberapa jenis hibrida alaminya, N.mirabilis x N. ampullaria, N. mirabilis x N. bicalcarata, N.mirabilis x N gracilis, dan N. mirabilis x N raffesiana. Di Brunei dan Sarawak ditemukan varietas paling ekstrim dari N. mirabilis, spesies dengan peristome besar itu dinamakan N. echinostoma.

N. gracilis


Ciri khas
Selalu tumbuh merambat, walaupun variasinya banyak sekali. Bentuknya sulit dibedakan dengan N. reinwardtiana, tetapi N. gracillis tidak mempunyai spot mata di sebelah dalam bagian atas kantong. Waktu berbunga berlainan dengan spesies lain di Pulau Kalimantan.

Budidaya
Ini spesies yang sangat adaptif dan tersebar luas di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Ia mudah dipelihara dengan perlakuan nepenthes untuk dataran rendah. Saat tanaman sudah besar, pindahkan ke pot lebih besar dan ia akan merambat sambil menghasilkan kantong yang banyak.

Deskripsi kantong
Warna kantong bervariasi, hijau, merah, atau cokelat kemerahan. Bentuknya silinder di bagian atas dan bulat telur di bagian bawah. Peristome berwarna hijau. Penutup kantong berwarna senada dengan kantong, kadang disertai bintik-bintik berwarna merah di luarnya. Bagian dalam permukaan kantong berwarna putih, sering disertai bintik berwarna ungu atau cokelat. Tinggi kantong mencapai 15 cm. Dibanding nepenthes lain kurang memiliki keistimewaan yang luar biasa. Spesies ini mudah dikenali.

Info
N. gracillis sepintas lalu memiliki ciri yang hampir sama dengan N. reinwardtiana. Perbedaannya, pada warna kantong, gracilis hijau suram dan reinwardtiana hijau terang. Pada kantong N. reinwardtiana terdapat 2 spot (mata) di bagian dalam sebelah atas kantong sedangkan N. gracilis tidak memiliki spot. Kehadiran N. gracilis bisa menjadi indikator alami untuk tanah kritis. Daerah penyebarannya sangat luas. Hibrida alaminya antara lain N. gracillis x N. ampullaria. Persilangan alami spesies ini jarang ditemui di alam lantaran waktu berbunganya yang relatif berbeda dibanding jenis lain kecuali ampullaria.Bentuk kantongnya agak mirip dengan N. albomarginata. Yang jadi pembeda ialah tidak ada garis putih keabuan di bawah peristome pada N. gracillis. Batang spesies ini juga berbentuk segitiga. N. gracilis dikenal luas di Sumatera Barat, masyarakat memakai batangnya untuk bahan pengikat, sedangkan air dari kantong yang masih tertutup digunakan untuk obat pencuci mata.

N. bicalcarata


Ciri khas
Ada 2 taring di bawah tutup kantongnya. Taring itu sebenarnya kelenjar nektar raksasa, terbesar dibandingkan kelenjar nektar spesies lain. Daunnya panjang sampai 80 cm dan lebar 10 cm. Bicalcarata merupakan spesies terbesar di keluarga Nepenthaceae. Batang dapat tumbuh memanjat hingga 20 m.

Budidaya
Termasuk spesies dataran rendah yang relatif mudah dibudidayakan. Pemakaian jaring peneduh 50% dan kelembapan terjaga, minimal 60%, sudah memadai untuk lingkungan hidupnya. Media tanam yang cocok, antara lain spaghnum moss, campuran cocopeat dan sekam, atau kombinasi cocopeat dan pakis. Prinsipnya, media dapat menangkap air.

Deskripsi kantong
Warna kantong bawah beragam, hijau oranye atau merah. Yang terbanyak warna merah dengan sulur agak panjang. Ukuran kantong termasuk besar, sekitar 25 cm. Pada beberapa kasus kantong itu sanggup menampung satu liter air. Kantong atas kecil dengan warna bervariasi, mulai dari hijau, oranye, sampai ke merah tua. Peristome-nya hijau.

Info
N. bicalcarata adalah tuan rumah untuk semut Camponotus sp yang
memakan sisa-sisa serangga di kantong N. bicalcarata. Ia tumbuh di
hutan gambut basah bersama dengan N. ampullaria dan kadang-kadang

N. ampullaria



Ciri khas
Daun di dekat pangkal lebar dan semakin mengecil ke ujungnya. Daun dan pucuk bulat berbulu cokelat muda. Batang menjalar tidak mempunyai kantong. Kantong bawah berbentuk ampul, seperti labu. Tutup kantong posisinya berlawanan arah, sehingga air hujan mudah masuk ke dalam kantong. Posisi tutup kantong bawah itu tidak ditemukan pada spesies lonceng gunung lain.

Budidaya
Mudah disetek, cangkok, atau layering. Bisa dipotkan di dataran rendah dan tinggi. Harus dipangkas agar kantong roset terus muncul. Media di pot berupa kompos, tetapi ia lebih menyukai media yang selalu lembap.

Deskripsi kantong
Spesies ini kebanyakan hanya memiliki kantong bawah saja. Yang unik, jarang ditemukan serangga mati di dalam kantongnya, sehingga ia ibarat vegetarian di kalangan carnivorous plant. Penyebabnya, ia tidak memiliki kelenjar sekresi nektar untuk mengundang kedatangan mangsa.Warna kantong antarsubspesies ampullaria sangat beragam, mulai polos putih, hijau, kuning, merah, hingga merah-burgundi tua. Ada juga yang memiliki bercak cokelat, merah, hijau, dan ungu. Warna bibir kantong —peristom —juga bervariasi, kuning, hijau, hingga merah. Tinggi kantong tanaman dewasa berkisar antara 5 —10 cm, tetapi ada juga yang mencapai 15 cm. Bentuk kantong bundar dengan bibir luas dan melengkung.



Sabtu, 10 Juli 2010

Nepenthes

Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik, terdiri dari 80-100 spesies, baik yang alami maupun hibrida. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia (55 spesies, 85%), Republik Rakyat Cina bagian selatan, Malaysia, Filipina, Madagaskar, Seychelles, Australia, Kaledonia Baru, India, dan Sri Lanka. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.

Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Nepenthes